Wednesday, October 19, 2011

Ku Sipencari Kodok

Umurku beranjak remaja. Kutinggalkan aktifitas yg seharusnya aku kecapi di bangku SLTP. Aku tinggal di sebuah desa yg belum tersentuh pembangunan. Jalan yang senantiasa becek setelah turunnya hujan, itulah milik kami anak-anak desa yang tertinggal. Aku tinggal dengan kedua orangtuaku yang semankin renta di makan waktu. Aku berjuang untuk hidup demi kehidupan masa depanku dan hari-hari bahagia sebelum keduanya pergi meninggalkanku. Adalah hal yang biasa aku sering keluar malam mengejar rejeki di gelapnya malam. Aku tidak malu dengan alam dan orang-orang yang tau dengan pekerjaanku ini. Akulah pencari kodok di daerah Sambas terpencil. Aku meninggalkan hangatnya malam di kamar berganti sepoi-sepoi angin malam. Seolah, kedua orangtuaku telah tau apakah yang kulakukan malam ini. Tidak ada kata risau dari mulut manis mereka. Cuma kuucapkan selamat tinggal, sementara aku berjuang dimalam yang tak tau apakah yang aku dapatkan.

Jam dinding menunjukkan angka delapan. Di malam telanjang ini, kakiku melangkah tanpa henti menginjak rerumputan sawah yang ada dibendengan. Suara kodok sahut-sahutan seolah tau akan ada yang akan mengusik mereka. Melihat dikegelapan dengan sorot lampu senter kulihat ada beberapa kodok berhamburan pergi menjauh mencari perlindungan. Ku intip diantara mereka ada yang terlihat di antara rumpun padi yang subur ditengah belantara sawah daerah Tebas. Tanpa lengah dan ragu aku tangkap kodok itu dengan telapak tangan telanjangku. Alhamdulillah bertambahlah jumlah kodok yang aku kumpul.Semakin banyak jumlah kodok semakin besar penghasilanku malam ini. Kulihat jam Hp sudah jam 10 malam. Ku buka karung tempat kodok yang kutangkap di sebalah kiriku. Kodok yang aku kumpulkan sudah lumayan banyak jumlahnya. Ku ingat juga biasanya pengumpul kodok didesaku hanya membeli kodok sampai jam 11 malam. Kumatikan lampu senter biar hemar batu batrai. Maka kuayunkan langkahku dengan hasil tangkapanku pulang meninggalkan malam di sawah ini.

Aku menuju lampu rumah penduduk paling ujung didesaku. Aku berjalan kembali dijalan becek, jalan desa Mekar Sekuntum yang lama tidak tersentuh perbaikan. Hanya beberapa rumah lagi aku akan bertemu teman-temanku yang lain, yang mencari rejeki sepertiku. Kami berkumpul didepan rumah penampung hasil kerja kami malam ini. Lain jalur, lain cerita yang kami bawa pulang. Begitu pula jumlah tangkapan kami. Satu persatu aku masukkan kodok kedalam kantung kecil memuat 10 ekor kodok. Setelah dikuras semua didalam karung, Alhamdulillah malam ini aku dapat 10 kantung. Lumayan dapat 20.000 buat makan bertiga besok siang sampai malam kembali menjelang.

0 comments: