Kisah TKI Sukses Ali Asegaf, Pemilik Francise Kursus Bahasa Inggris dari Amerika
Ali Asegaf (foto: affandi)
(Jakarta, BNP2TKI) Dalam satu menit kita bicara dengan Ali Asegaf (47), selalu terselip bahasa Inggris yang keluar dengan dialek khas Amerikanya. Bukan berarti dia sok ke barat-baratan, tetapi itu lantaran Ali sudah lebih dari 10 tahun tinggal dan bekerja di negara Paman Sam. Kalau kita bicara di telpon dengannya, kita sepertinya akan terkecoh sedang bicara dengan orang bule.
Selama 10 tahun berkiprah di Amerika dimanfaatkan betul Ali Assegaf untuk mengembangkan kemampuan diri. Ali yang datang sebagai TKI mandiri ke Amerika Serikat, seperti kebanyakan pendatang di sana, ia terbiasa bekerja serabutan.
"Apa saja saya lakukan, yang penting halal dan menghasilkan. Saya sangat yakin, bahwa dengan mulai dari bawah jalan sukses akan lebih kuat dibangun," ujarnya. Pekerjaan mulai dari sopir, kerja pabrik, hingga di restoran pun pernah dilakoninya. Dari pengalaman kerja inilah, Ali Assegaf banyak mengenal masyarakat, termasuk pejabat-pejabat di Konsulat Republik Indonesia di Los Angeles.
Karena kemampuan lobi dan pergaulannya yang luas itulah Ali dipercaya untuk menjadi tenaga profesional di Indonesia Tourism Center selama 5 tahun, yaitu lembaga Promosi Pariwisata di bawah Departemen Pariwisata R.I., yang berada di Konsulat Jenderal R.I. di Los Angeles, California.
Selain mengurus pariwisata, Ali juga sempat mengelola usaha tiketing dengan istrinya yangberkebangsaan Filipina. Dari perkawinananya ini, ia dikaruniangi 3 orang anak yang lahir di Los Angeles, dan 1 orang lahir di Indonesia.
Hampir semua masyarakat Indonesia di Los Angeles mengenal Mamak, sapaan akrab Ali Asegaf. Dan, Bahkan di tahun 90-an, Ali terhitung orang pertama yang membuka usaha penjualan tiket. Tak heran, mulai dari para pejabat di kantor konsulat jenderal Los Angeles, hingga TKI yang mau pulang ke tanah air, menjadi pelanggannya.
Ketika memutuskan untuk pulang ke tanah air tahun 2002, Ali telah mengantongi ijin (licence) bahasa Inggris dari Amerika, yaitu English Language School Center (ELC). Dengan lisensi itu, Ali bisa membuka dan memberikan ijin kepada siapapun yang akan membuka kursus bahasa Inggris dengan kurikulum standar Amerika.
Kini sehari-hari Ali mengelola kursus ELC di Jalan Mampang No. 7, Jakarta Selatan. Untuk menjaga kualitas pengajaran bahasa Inggris di lembaga yang dipimpinnya, Ali merekrut tenaga-tenaga ekspatriat dari negara-negara Baratt menjadi pengajarnya.
Pelatihan TKI
Kegundahannya melihat nasib TKI membuat Ali tergugah untuk membuat pelatihan peningkatan karir TKI. Ia berencana untuk membuat 3 modul pelatihan TKI, yaitu pelatihan TKI untuk Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT), pelatihan TKI untuk baby sitter, dan pelatihan TKI untuk terapi kesehatan.
"TKI yang sudah bekerja selama 2 tahun di luar negeri sebagai PLRT akan kita didik menjadi baby sitter. Dari baby sitter ini akan kita tingkatkan statusnya menjadi tenaga terapi kesehatan dengan produk-produk herbal dari Indonesia," tutur Ali.
Jadi diharapkan nantinya TKI yang akan dikirim ke luar negeri naik martabatnya, dan tidak selamanya menjadi PLRT. Dengan peningkatan jenjang karir TKI ini, status mereka pun berubah, yaitu mulanya mereka sebagai TKI informal, ketika menjadi baby sitter, mereka sudah menjadi TKI formal.
Sunday, November 23, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Salam kenal mas
semoga sukses selalu
Ayo terus Semangat
www.yanuarmotivasi.co.cc
makasih mas aku masih baru,mas mau tanya aku online 5 jam perhari,aku belajar banyak apa itu pay pal,google edsens,google ardword tetapi aku punya masalah tentang card kredit atau ya boleh dibilang aku belum punya apa2 dibank ...punya tapi minim banget...gimana tuh,makasih partisipasinya...Sukses untuk orang yang berkembang
wah, yang ini bisa jadi contoh nih. cari rahasia suksenya.
Post a Comment